Bismillahirrachmannirrahiim ............. Rabbighfirlii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa. Ya Tuhanku, ampunilaha dosaku dan dosa ayah dan ibuku serta kasihilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil. Amien ..............

Kertas buram, dirobek jangan

Kita biasanya baru ingat pada kertas buram ketika dalam ujian tulis, baik ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Kertas buram biasanya kertas stensil yang kualitasnya di bawah kertas folio. Semua sudah pada tahu apa gunanya kertas buram. Kalau sudah selesai, biasanya diremas-remas bahkan dirobek-robek dan langsung dibuang ke keranjang sampah. Kalau boleh saya sarankan, kertas buram jamgan dirobek-robek. Kadang kita menyesal, setelah ingat ada yang perlu dipelajari lagi. Kita harus reka ulang robekan-robekan itu menjadi satu. Sulit, kan.

Sampai sekarang saya masih memerlukan kertas buram. Begitu mendapat inspirasi, misalnya membuat draft surat, menulis persiapan mengajar, menyusun materi pembelajaran, membuat soal ujian semester, menulis artikel dan lain-lain, Saya langsung mengambil kertas buram. Tentu saja, saya hanya menuangkan outline saja. Sudah itu, baru saya pindah ke laptop untuk mengetikkan isi otak saya.

Mungkin saya termasuk orang yang telat mikir, atawa telmi. Pada waktu merancang sebuah website, saya pun banyak menghabiskan kertas buram. Petama-tama untuk menuliskan algoritma dan program HTML. Kemudian mengetikkan dengan notepad atau wordpad. Untuk melakukan pengecekan, saya print pada kertas buram. Baru saya uji coba dengan brouwser secara off line. Setelah setelah semuanya OK, baru saya transfer ke webhost dengan file transfer protocol. Jelas, saya memanfaatkan jasa webhost yang gratisan, yaitu www.tripod.com.

Itu dulu, hampir sepuluh tahun yang lalu. Hasilnya dapat Anda lihat di PadepokanVirtual.

Sekarang, dengan adanya weblog, merancang website, lebih dikenal sebagai weblog atau dengan singkat blog, menjadi lebih gampang. Sebetulnya pada 2003 saya pernah mencoba membuat blog. Tapi, mungkin karena sudah terbiasa dengan HTML, saya merasa kreativitas saya terbelenggu. Akhirnya saya menjadi jemu, dan blog saya mangkrak sampai sekarang. Meskipun tidak pernah dilakukan up date, blog saya itu masih bisa diakses, artinya masih melayang-layang di cyber space

Belakangan ini, banyak tokoh dan pesohor yang membuat blog pribadi, saya jadi ingin ikutan merenovsi blog saya. Tapi, saya lupa user name dan password, maka saya mendaftarkan diri sebagai pendatang baru. Dan jadilah blog baru dengan nama kertas buram.

Jelas, saya gunakan blog kertas buram ini dalam rangka proses pembelajaran untuk menjadi penulis lepas dengan jalan mengenal dan memahami blogger ini terlebih dulu. Selanjutnya, saya berobsesi untuk membangun sebuah blog pembelajaran guna menunjang perkuliahan agar mejadi lebih efisien dan efektif.(iskz)

1 Comments:

At 1:51 PM, Blogger Nanung Nur Zula said...

.

sebenernya buku-buku pegangan yg mahal-mahal itu pakai kertas dg warna seperti yang kalau di kita disebut kertas buram, tapi kertas yang dipakai di buku-buku pegangan itu kualitasnya jauh lebih baik



REJEKI NOMPLOK


KENANGAN ITU BERMUNCULAN KEMBALI


AKU PERGI DULU SAYANG, MUNGKIN KU TAKKAN KEMBALI





.

 

Post a Comment

<< Home